Monosodium glutamat (MSG), juga dikenal sebagai micin, sering digunakan untuk meningkatkan rasa gurih makanan. Meskipun MSG telah digunakan secara luas selama beberapa dekade, namun sayangnya dampak MSG merugikan kesehatan jika dikonsumsi secara rutin. WHO merekomendasikan batas harian asupan MSG 6 gram per orang untuk mengurangi resiko terhadap dampak MSG berlebih. Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan batas konsumsi harian MSG 5 gram.
Usia atau fase tumbuh kembang anak-anak lebih rentan terhadap efek MSG dibandingkan orang dewasa. Penggunaan MSG dalam memasak telah lama diperdebatkan karena efek sampingnya. Oleh karena itu, wajar jika seorang ibu melakukan tindakan pencegahan untuk kesehatan anaknya dengan menghindari konsumsi MSG yang berlebihan.
Lalu, kenapa sih kita dilarang menggunakan MSG Berlebih? yuk simak penjelasan berikut ini!
1. Menurunkan fungsi otak
Berdasarkan sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kandungan glutamat pada MSG dosis yang tinggi berperan sebagai racun yang dapat menyebabkan kerusakan sel saraf. Bahkan, disebutkan juga bahwa MSG dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ dan gangguan fungsi otak.
Dalam satu percobaan, anak-anak yang diberi sup yang mengandung MSG dan Nutrasweet (minuman ringan) memiliki tingkat eksitotoksin (racun) dalam darah mereka yang enam kali lebih tinggi daripada tingkat yang membunuh neuron hipotalamus pada bayi. Oleh karena itu, MSG dapat menurunkan fungsi otak, dan semakin muda usia anak, semakin tinggi risiko MSG terhadap otak, yang mengakibatkan penurunan kecerdasan anak dalam jangka panjang.
2. Hipertensi
Selain kandungan garam dan sifat adiktifnya, MSG merupakan salah satu penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi).
3. Alergi
Sebuah penelitian tahun 1997 yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menunjukkan bahwa beberapa orang sensitif terhadap MSG dan bisa menyebabkan gejala alergi tertentu. Dalam penelitian tersebut mengidentifikasi bahwa banyak keluhan yang sering terjadi, termasuk pusing, kram otot, kesemutan, kelelahan dan kulit memerah. Oleh karena itu, dengan sistem kekebalan yang belum sempurna, menghindari konsumsi MSG yang berlebihan pada makanan anak adalah langkah baik untuk mengurangi risiko alergi.
4. Picky Eating
Pengalaman makan pertama bagi anak sangat penting karena dapat menentukan kebiasaan makan jangka panjang mereka. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients pada tahun 2020, paparan rasa tertentu sejak awal anak mencoba makan, kemungkinan akan bertahan hingga ia mencapai usia dewasa. American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk memperkenalkan anak Anda pada berbagai rasa dan tekstur. Jika MSG diberikan sejak dini dengan kuantitas dan frekuensi yang terlalu banyak, maka anak dapat tumbuh dengan terlalu menyukai rasa gurih. Hal ini ditakutkan dapat membuatnya rewel dan menolak makanan bergizi lainnya yang tidak gurih, dan menjadi picky eater.
5. Obesitas
Selanjutnya dari dampak MSG berlebih adalah Obesitas. Sebuah penelitian tahun 2014 yang diterbitkan di Yakugaku Zasshi: Journal of Pharmaceutical Society of Japan menemukan bahwa pemberian MSG dosis besar pada tikus menyebabkan obesitas. Selain itu, penelitian 2011 yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition mengidentifikasi hubungan antara asupan MSG yang berlebihan dan penambahan berat badan. Namun, para ilmuwan setuju bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk menunjukkan hubungan antara MSG dan obesitas.
Orang dewasa mempunyai ketahanan yang lebih kuat terhadap dampak negatif MSG dibanding dengan anak kecil. Karena itu, lebih baik jika kita mempertimbangkan makanan seperti apa yang akan dikonsumsi anak. Ibu bisa membuat cemilan sendiri atau membeli camilan sehat seperti almond chips. Almond chips adalah snack sehat yang terbuat dari bahan utama mocaf dan almond yang punya banyak manfaat untuk kesehatan. Dengan lebih cermat memilih makanan, anak tetap bisa menikmati makanan lezat yang sehat bergizi tanpa khawatir.